JAWASPORT.COM – Fenomena alam sering kali membuat warga ketakutan. Karena biasanya fenomena langka sebagai peringatan yang bisa terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Makanya warga begitu khawatir dan ketakutan saat ratusan ikan mati terdampar ke pantai.
Warga Maluku sedang menghadapi gempa demi gempa dalam skala kecil belakang ini. Tapi gempa yang terjadi membuat warga berada dalam ketakutan. Selain takut jatuh material bangun, juga warga khawatir terjadi tsunami. Akibatnya warga memilih mengungsi untuk tak terjadi hal-hal yang diinginkan.
Tapi fenomena baru justru membuat warga di Maluku makin was-was. Melansir www.kompas.com, warga di Desa Lelingulan, Kecamatan Tanimbar Utara, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku digegerkan dengan fenomena terdamparnya ratusan ikan serta berbagai jenis biota laut lainnya di pantai desa tersebut.
Kejadian yang terjadi di tengah situasi Maluku yang terus dilanda gempa susulan itu membuat warga di wilayah tersebut menjadi resah. Warga pun ada yang mulai menghubung-hubungkan fenomena alam tersebut dengan kejadian bencana.
Herman Barutresia, salah seorang warga Tanimbar Utara, Minggu (13/10/2019) mengaku, sejak ikan-ikan dan biota laut itu ditemukan mati terdampar, warga mulai dihantui rasa khawatir. Dia mengaku kondisi tersebut membuat warga semakin resah karena banyak sekali beredar informasi setelah kejadian itu akan terjadi sesuatu di di wilayah tersebut.
“Kejadiannya itu baru Sabtu kemarin, cuma masalahnya kita khawatir karena beredar informasi kejadian itu berkaitan dengan gejala alam. Isu beredar rupa-rupa macam, bikin kita khawatir dan takut, tapi kita percaya pada Tuhan saja,”akunya.
Kegelisahan warga membuat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon angkat bicara. LIPI memastikan kasus terdamparnya ikan dan biota laut di pantai Desa Lelingulan, Kecamatan Tanimbar Utara, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku tidak berhubungan dengan musibah gempa.
Kepala LIPI Ambon Nugroho Dwi Hananto mengatakan, fenomena ikan dan biota laut yang mati terdampar di pantai desa tersebut tidak perlu dihubung-hubungkan dengan bencana apalagi hingga menduga-duga kejadian itu menjadi pertanda akan terjadi musibah. “Yang paling penting itu tidak ada pengaruhnya dan tidak berhubungan dengan gempa,” kata Nugroho, Minggu (13/10/2019).
Dia menjelaskan, menghubungkan fenomena ikan terdampar di desa tersebut dengan kejadian bencana yang akan terjadi hanya akan menimbulkan kepanikan di masyarakat dan hal itu akan membuat warga semakin resah.
Menurutnya ada berbagai kemungkinan yang bisa menyebabkan ikan-ikan dan biota laut itu mati terdampar, bisa saja karena upwelling atau sebuah fenomena di mana air laut yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar bergerak dari dasar laut ke permukaan akibat pergerakan angin diatasnya.
Atau, lanjut Nugroho ada fenomena alam lainnya dibawah laut yang menyebabkan terjadinya perubahan suhu atau gejolak dibawah permukaan air laut sehingga arus air berbalik ke atas dengan cepat dan membuat ikan menjadi mati. “Itu bisa saja terjadi, jadi jangan kita hubung-hubungkan dengan gempa ini yang penting, soalnya kalau kita lihat di Ambon ada apa-apa disebarkan kan orang panik naik ke gunung lagi ini yang tidak boleh,” katanya.
Terkait fenomena tersebut, Nugroho menyebut, pihaknya akan melakukan penelitian di desa tersebut untuk memastikan apa penyebab hingga ikan-ikan dan biota laut di pantai desa tersebut mati terdampar. “Iya kita akan teliti karena itu tugas kita cuma kalau Tanimbar kita butuh waktu ke sana karena jauh dari Ambon ke sana. Tapi sekali lagi kejadian itu tidak ada kaitan dengan gempa, jadi masyarakat tidak perlu panik dan mengubung-hubungkan kejadian itu dengan gempa,” katanya.
Semoga saudara kita di Maluku tidak apa-apa ya. Kita berharap kalau matinya ikan dan biodata laut hanya hal biasa seperti yang dijelaskan pihak LIPI. Warga juga diharapkan tak terpengaruh dengan isu-isu yang tak jelas yang justru menambah ketakutan.(Kompas.com/Rahmat Rahman Patty)